Khatijah, S.Pd

Khatijah adalah guru mata pelajaran Bahasa Indonesia di SMPN 1 Tapen Bondowoso Jawa Timur. Menulis adalah hal yang menjadi hoby. Kegiatan menulis yang pal...

Selengkapnya
Navigasi Web
RINDUKU DI ANTARA BUNGA ILALANG  Part 21

RINDUKU DI ANTARA BUNGA ILALANG Part 21

RINDUKU DI ANTARA BUNGA ILALANG

Part 21

Oleh : Khatijah, S.Pd

Guru SMPN 1 Tapen Bondowoso, Jawa Timur

#144

“Nesya, tunggu,” ucap Bagas.

Nesya terkejut. Ia menoleh ke belakang. Ia tidak menyangka Bagas akan mengikutinya. Ada getaran kecil menyelinap di hati Nesya. Masa remajanya tiba-tiba menggema kembali. Kenangan masa lalu bersama Bagas membuat desiran indah di hatinya muncul kembali. Ia teringat masa pertama kali mengenal pria. Bagas yang tampan dan pintar selalu bersama saat-saat belajar kelompok. Selalu bersama di dalam tim basket sekolah dan selalu bersama saat sama-sama di kepengurusan OSIS. Itukah yang dinamakan cinta pertama? Semua terjadi begitu saja. Tanpa ada pamrih apa pun. Tanpa tahu dia siapa. Jelasnya hari-hari selalu berbalut keindahan jika bersamanya. Kali ini ia tidak menyangka akan bertemu Bagas.

“Lho, kok ikutan pamit,” ucap Nesya.

“Ya, saya tidak mau mengganggu mereka. Mereka cukup lama untuk tidak berjumpa,” sahut Bagas.

Nesya menarik nafas dalam-dalam. Kecemburuannya kepada Irgi semakin surut. Ia seperti bangun dari mimpi saat tidur siang. Sebesar apa pun cintanya pada Irgi, ia merasa tak akan bisa meraihnya. Ia sudah terikat dalam ikatan agung pernikahan dengan wanita yang ikut berperan membuat Irgi melupakannya. Nesya saat itu juga sempat bingung. Apa yang tidak disuka darinya. Padahal ia sudah berusaha tampil perfeksionis. Namun, ia tetap tak mampu mempertahankan ketertarikan hati Irgi kepadanya.

“O, begitu. Soladaritasmu tinggi sekali, ya,” sahut Nesya bernada gurau,

Mereka berbasa-basi sambil berjalan menuju tempat parkir mobil. Perjalanan terasa begitu singkat. Masih banyak hal yang akan diperbincangkan, tetapi mereka harus nengakhiri. Mereka harus masuk mobil masing-masing. Beberapa saat kemudian mobil keduanya sudah lenyap ditelan hiruk pikuk kendaraan di jalan raya. Mereka berkendara mengikuti pikiran masing-masing. Hati Bagas bagai disiram air. Berasa dingin dan segar. Senyumnya selalu mengembang. Sepanjang perjalanan ia diiringi lagu-lagu syahdu. Kenangan manis bersama Nesya terulang kembali walaupun hanya beberapa menit. Waktu yang sangat singkat tadi mampu menggali kenangannya yang sudah lama terpendam bersama Nesya. Sepanjang perjalanan pikirannya terus berusaha mengingat kembali peristiwa demi peristiwa yang ia jalani selama saat-saat di SMA. Ia juga heran terhadap dirinya sendiri yang bisa dalam kondisi sangat bahagia saat ini. Padahal ia belum tahu bagaimana respons Nesya terhadap pertemuan mereka singkat hari ini. Tak terasa ia sudah sampai di halamn rumahnya. Ibunya yang saat itu berada di teras tampak cemas. Ia berjalan ke sana kemari. Melihat mobil Bagas memasuki halaman, ia menjadi lega.

Asalamualaikum,” ucap Bagas setelah ia turun dari mobilnya.

Waalaikumsalam,” sahut ibunya.

Bagas tidak langsung naik ke teras, tetapi berhenti ke tempat cuci tangan yang tersedia. Setelah bersih barulah ia mendekati ibunya yang sejak tadi tak lepas-lepas memandangi dirinya.

“Dari mana kamu?” tanya ibunya penuh selidik.

“Ngantar Kak Asty pulang, setelah itu masih muter-muter,” Jawab Bagas sedikit menutupi pertemuannya dengan Irgi.

“Ngantar samapi rumahnya? Kakamu Irgi juga belum pulang?” tanyanya lagi.

“Saya Cuma sampai di halaman saja, Bu. Jaditidak tahu, Kak Irgi sudah ada di rumah atau belum,” jawab Bagas.

Ibunya tidak melanjutkan pembicaraan tentang Irgi. Ada sesuatu yang mengganjal di hatinya setiap ada jawaban tidak pasti tentang keberadaan Irgi. Dengan wajah kecewa, ia berjalan meninggalkan tempat itu tanpa bicara. Bagas hanya melihat dengan wajah sedih. Hatinya berjanji akan segera mempertemukan Irgi dengan ibunya dalam waktu dekat. Namun, ia tidak akan mengatakannya sekarang. Ibunya pasti akan terus mengejar dengan pertanyaan-pertanyaan yang mengarah pada penyebab Irgi tidak menemuinya. Disimpannya dulu rahasia itu di dalam hatinya sendiri hingga saatnya tiba. Keinginannya untuk membahagiakan orang tua yang tinggal sendiri itu begitu menggebu. Tak sabar rasa hatinya menunggu Irgi pulang ke rumahnya.

Nesya memang merasa terhibur. Sakit hatinya kepada Irgi yang ia rasakan sendiri, sedikit terobati. Bagas mampu membawa hati dan pikirannya mengingat masa lalu yang indah. Tidak hanya itu. Ketampanan Bagas yang jauh lebih sempurna daripada saat SMA, sempat menggetarkan kalbunya. Apalagi setiap kata yang keluar dari bibirnya seolah tertata rapi. Tak ada seucap kata pun yang terdengar tidak sopan. Tak ada kata-kata yang benada merayu. Tak ada kata-kata yang dibuat-buat. Semua seolah keluar dari lubuk hati yang tulus. Pikirannya jadi tak bisa lepas dari laki-laki cinta pertamanya dulu itu.

***

Cicit burung-burung di pohon samping kamar yang ditempati Irgi membuat pandangan Asty mencari-cari keberadaan makhluk lucu itu. Dibukanya jendela kamar itu. Burung-burung itu rupanya terkejut hingga terbang menjauh. Mungkin ia ketakutan, menyangka Asty sebagai seorang pemburu yang akan menangkapnya. Padahal Asty hanya ingin menatap kelucuannya saja, menambahkan bahagia di hatinya.

“Aduh, kok malah terbang,” ucap Asty.

“Bicara sama siapa, sayang?” tanya Irgi.

“He he, itu lho burung-burung kecil, mau dilihat kok malah kabur,” jawab Asty.

“Ya, mesti takut burung-burung itu melihat bidadari tiba-tiba membuka jendela,” ucap Irgi menggoda Asty.

Asty tidak menyahut. Wajahnya memberengut. Irgi senang sekali melihat istrinya ngambek. Ia terlihat lucu dan tambah cantik.

“kan, bidadarinya sekarang berubah jadi jelek, wajahnya bersungut-sungut,” lanjutnya.

Asti tetap bungkam. Ia tidak merespons ucapan Irgi dengan kata-kata. Namun, hatinya pagi ini benar-benar berbunga. Sepertinya baru saat ini ia merasakan kebahagiaan yang benar-benar bahagia. Ia merasa mendapatkan kembali harta yang paling berharga di dalam hidupnya. Sesuatu yang hampir hilang tiba-tiba dapat diraihnya kembali.

BERSAMBUNG

Bondowoso, 6 Juni 2020

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Kereeen bgt bunda. Selalu menarik kisahnya

07 Jun
Balas

Terima kasih supportnya, ya Bu cantik...

07 Jun

Asti dan irgiDi tgg ceritanya

07 Jun
Balas

Ya Bu makasih telah hadir

07 Jun

Ingin membacanya kembali dalam sebush buku, cerita yang memberi semangat dan mengingat masa lalu. Salam Sehat selalu bunda, saya tunggu cerita berikutnya,gpl ya bun!

07 Jun
Balas

Terima kasih Bu Rina..Semoga nanti bisa sampai menjadi sebuah buku.aamiinSalam sehat dan sukses buat Bu Rna.

07 Jun

semakin asyik ceritanya bund

06 Jun
Balas

Terima kasih...aamiin

06 Jun

Bundaaaaaaaa !!!!! Kereeennnn !!!!

07 Jun
Balas

Terima kasih Bu

07 Jun

Wah sudah bagian ke 21 ibu sukses selalu bu bu a kan saya juga bisa seperti itu ya bu

07 Jun
Balas

Kisahnya selalu menarik bu saya suka nih sama dgn selendang merah muda

07 Jun
Balas

Tambah seru say... ditunggu lanjutannya

06 Jun
Balas

Terima kasih say...insya allah

06 Jun

Makin seru say... ditunggu lanjutannya

07 Jun
Balas

Aamiin

07 Jun

Lanjut say,,,kereenn

07 Jun
Balas

Tetima kasihAamiin

07 Jun



search

New Post