SENJA DI PARANGTRITIS (Pentigraf)

Oleh : Khatijah, S.Pd

SMPN 1 Tapen Bondowoso, Jawa Timur

#tulisanke-177

#tantanganharike-38menuju365

            Andini menatap langit sebelah barat, matanya tak berkedip saat pandangannya menyaksikan mega-mega jingga yang memayungi hamparan lautan pasir di sekelilingnya. Warna itu menggurat serpihan rindu yang tak mungkin berlabuh. Pelan-pelan Andini menapakkan kakinya tanpa selembar alas. Selendang tipis warna putih merona tersapu ribuan warna jingga mengubahnya menjadi warna keemasan yang mengagumkan. Seekor kupu-kupu kecil hinggap di ujung kerudungnya, seolah mengucap selamat datang kepadanya.

            Derai angin pantai mengantarkan sang raja siang menuju peraduannya. Ada sendu di hati Andini. Ingatannya melayang pada berapa puluh senja yang telah belalu. Entah ini senja ke berapa Andini selalu pergi sendiri ke tempat ini. Dilabuhkannya rindunya bersama angin dan ombak. Seraya berbisik agar menyampaikannya kepada Arbi kekasihnya yang telah lama meninggalkannya. Air matanya telah mengering saat hatinya lelah menantikan janji yang tak kunjung ditepati. Cinta pertama yang telah dirajutnya tinggal puing-puing. Hingga kini tak bisa pindah ke lain hati.        

Gelap telah menenggelamkan laut biru dengan gelombang yang berulang memecah bibir pantai. Tinggal deburnya yang masih menggetarkan dada Andini. Pantai Parangtritis telah berubah dari pesona warna yang merias wajahnya , menjadi gelap bak tertutup kain hitam. Gontai langkah Andini di atas butiran pasir akan meninggalkannya dengan hati kosong. Deru angin menghentikannya, saat sayup-sayup terdengar suara yang lama dirindukannya itu memanggilnya. Spontan Andini menjerit,”Arbi ...,”

Bondowoso, 9 Juli 2020